Ratusan orang sipil
Palestina tewas menggenaskan, sedangkan ratusan lainnya luka-luka.
Kutukan atas serangan tersebut berdatangan dari berbagai negara, namun
sayangnya Amerika Serikat ternyata mem-veto resolusi PBB atas serangan
Israel ke Gaza tersebut.
Konflik Palestina –
Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika pada tahun 1967 Israel
menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur
Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem
(Yordania).. Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan.
Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan
hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di Palestina sendiri.
Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus upaya membuka
pemahaman kita mengenai latar belakang sejarah sebab terjadinya konflik
ini.
2000 SM – 1500 SM
Istri Nabi Ibrahim A.s.,
Siti Hajar mempunyai anak Nabi Ismail A.s. (bapaknya bangsa Arab) dan
Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak A.s. yang kemudian mempunyai anak
Nabi Ya’qub A.s. alias Israel (Israil, Qur’an). Anak keturunannya
disebut Bani Israel sebanyak 7 (tujuh) orang. Salah satunya bernama Nabi
Yusuf A.s. yang ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya yang
dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke tanah Mesir dan
kemudian dia menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika masa paceklik,
Nabi Ya’qub A.s. beserta saudara-saudara Yusuf bermigrasi ke Mesir.
Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub A.s.) membesar.
1550 SM – 1200 SM
Politik di Mesir
berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi negara Mesir.
Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir dan
menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel diturunkan
statusnya menjadi budak.
1200 SM – 1100 SM
Nabi Musa A.s. memimpin
bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di gurun Sinai menuju tanah
yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah Swt – dikenal dengan
cerita Nabi Musa A.s. membelah laut ketika bersama dengan bangsa Israel
dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi Laut Merah. Namun saat
mereka diperintah untuk memasuki tanah Filistin (Palestina), mereka
membandel dan berkata: “Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan
memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di
dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan
berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini
saja.” (QS 5:24)
Akibatnya mereka dikutuk
oleh Allah Swt dan hanya berputar-putar saja di sekitar Palestina.
Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa A.s. disebut Yahudi – menurut
salah satu marga dari bangsa Israel yang paling banyak keturunannya,
yakni Yehuda, dan akhirnya bangsa Israil – tanpa memandang warga negara
atau tanah airnya – disebut juga orang-orang Yahudi.
1000 SM – 922 SM
Nabi Daud A.s. (anak
Nabi Musa A.s.) mengalahkan Goliath (Jalut, Qur’an) dari Filistin.
Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja. Wilayah kerajaannya
membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat di Iraq. Sekarang
ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel Raya seperti yang
dipimpin raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan
Eufrat) dan Bintang Daud. Kepemimpinan Daud A.s. diteruskan oleh
anaknya Nabi Sulaiman A.s. dan Masjidil Aqsa pun dibangun.
922 SM – 800 SM
Sepeninggal Sulaiman
A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut, hingga akhirnya
kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara bernama Israel
beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem.
800 SM – 600 SM
Karena kerajaan Israel
sudah terlalu durhaka kepada Allah Swt maka kerajaan tersebut
dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan kerajaan Asyiria.
“Sesungguhnya Kami telah
mengambil kembali perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus
kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada
mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka
sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh.” (QS 5:70)
Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja ke-1 14:15 dan Kitab Raja-raja ke-2 17:18.
600 SM – 500 SM
Kerajaan Yehuda
dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Injil Kitab
Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi
atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia.
500 SM – 400 SM
Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem.
330 SM – 322 SM
Israel diduduki
Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan hellenisasi
terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi
Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa Yunani dan
bukan dalam bahasa Ibrani.
300 SM – 190 SM
Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.
1 – 100 M
Nabi Isa A.s. / Yesus
lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan penguasa Romawi. Namun
selain dianggap subversi oleh penguasa Romawi (dengan ancaman hukuman
tertinggi yakni dihukum mati di kayu salib), ajaran Yesus sendiri
ditolak oleh para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa Yahudi
memberontak terhadap Romawi.
100 – 300
Pemberontakan berulang.
Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi. Mereka
dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium
Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang
tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam kemudian, serta
dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan sehari-hari, mereka lambat
laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.
313
Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara.
500 – 600
Nabi Muhammad Saw lahir
di tahun 571 M. Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung Arabia (di
antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam
jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi
dengan Persia.
621
Nabi Muhammad Saw
melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari masjidil Haram di Makkah ke
masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan perjalana Mi’raj ke Sidrathul
Muntaha (langit lapis ke-7). Rasulullah menetapkan Yerusalem sebagai
kota suci ke-3 ummat Islam, dimana sholat di masjidil Aqsa dinilai 500
kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram di Makkah dan
masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat Islam
sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.
622
Hijrah Nabi Muhammad Saw
ke Madinah dan pendirian negara Islam – yang selanjutnya disebut
khilafah. Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi
penduduk Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.
626
Pengkhianatan Yahudi
dalam perang Ahzab (perang parit) dan berarti melanggar Perjanjian
Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab Taurat mereka sendiri,
mereka harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.
638
Di bawah pemerintahan
Khalifah Umar Ibnu Khattab ra. Seluruh Palestina dimerdekakan dari
penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun
Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah. Kebebasan
beragama dijamin sepenuhnya.
700 – 1000
Wilayah Islam meluas
dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa Yahudi
mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada beberapa ilmuwan
terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang Yahudi.
1076
Yerusalem dikepung oleh
tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte
Drusiah yang mengaku Islam tetapi ajarannya sesat), pada tahun 1099 M
tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja
Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M sampai Salahuddin
Al-Ayyubi membebaskannya dan setelah itu ummat Islam yang terlena
sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali.
1453
Setelah melalui proses
reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang tercerai
berai setelah hancurnya Baghdad oleh tentara Mongol (1258 M), khilafah
Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih menaklukan Konstatinopel, dan
mewujudkan nubuwwah Rasulullah.
1492
Andalusia sepenuhnya
jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas suatu saat
umat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan
pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma diarahkan pada Muslim namun
juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah,
diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos dari Spanyol secara
resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust (pemusnahan
etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak permintaan maaf kepada umat
Islam).
1500 – 1700
Kebangkitan pemikiran di
Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama / gereja dengan negara),
nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi moderen di
Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur
perdagangan alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah
Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat kolonialisme dan
imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold berarti mencari
kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari kemasyuran di atas
bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan agama Kristen ke
penjuru dunia.
1529
Tentara khilafah
berusaha menghentikan arus kolonialisme/imperialisme serta membalas
reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun
gagal. Tahun 1683 M kepungan diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini
terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan
perlengkapannya.
“… yaitu ketika kamu
menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu
tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa
sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai.” (QS
9:25).
1798
Napoleon berpendapat
bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di Timur
Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah Khilafah.
1831
Untuk mendukung strategi
“devide et impera” Perancis mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni
Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah
dirongrong oleh semangat nasionalisme yang menular begitu cepat di tanah
Arab.
1835
Sekelompok Yahudi
membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama
di sana. Sponsornya adalah milyuder Yahudi di Inggris, Sir Moshe
Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah
berkurikulum asing di wilayah Khilafah.
1838
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.
1849
Kampanye mendorong
imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di
Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi
716.700 dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.
1882
Imigrasi besar-besaran
orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan
kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.
1891
Para penduduk Palestina
mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran
ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan”
(dijuluki “the sick man at Bosporus). Dekadensi pemikiran meluas, walau
Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir
infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke
Madinah via Palestina! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid
dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi oleh
Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.
1897
Theodore Herzl menggelar
kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis
mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat beragama,
namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan
bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat
Yahudi – walaupun secara rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi
mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda
atau di Amerika Latin ! Di kongres itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah
jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan” atas umat Yahudi yang telah
berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenang kembali bahwa nasib
umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi sendiri. Di
depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi !”
Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun 1948.
1916
Perjanjian rahasia Sykes
– Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya
Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dan
Khalifah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir
dengan kemenangan sekutu, Inggris mendapat kontrol atas Palestina. Di PD
I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan mereka
sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).
1917
Menlu Inggris keturunan
Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour memberitahu
pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh
pemu****n Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air
Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi
mandat kepada Inggris untuk menguasai Palestina.
1938
Nazi Jerman menganggap
bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka
pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka perlu
“penyelesaian terakhir” (endivsung). Ratusan ribu keturunan Yahudi
dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke AS).
Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik
dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD II Yahudi lebih
berhasil menjual ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau
kantor-kantor berita di dunia.
1944
Partai buruh Inggris
yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik “membiarkan
orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi
mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari
sana.” Kondisi Palestina pun memanas.
1947
PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel.
1948, 14 Mei.
Sehari sebelum habisnya
perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan
kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan agresi bersenjata terhadap
rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan dari mereka terpaksa
mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dan lain-lain. Palestina
Refugees menjadi tema dunia. Namun mereka menolak eksistensi Palestina
dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula kosong dan
terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab
tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah
pengaruh Inggris – lihat Imperialisme Perancis dan Inggris di tanah Arab
sejak tahun 1798 – maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang
telah ditetapkan PBB.
1948, 2 Desember
Protes keras Liga Arab
atas tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang mereka
berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul
Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000 mujahidin untuk
berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan karena mereka dikalahkan
Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di
dalam negeri IM bisa melakukan kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM
dipenjara atau dihukum mati.
1956, 29 Oktober
Israel dibantu Inggris
dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez. Pada kurun
waktu ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke Hizbut Tahrir (salah
satu harakah Islam) untuk mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut
Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum siap.
1964
Para pemimpin Arab
membentuk PLO (Palestine Liberation Organization). Dengan ini secara
resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina
sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah Palestina direduksi
menjadi persoalan nasional bangsa Palestina.
1967
Israel menyerang Mesir,
Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih pencegahan, Israel
berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan
(Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah
menghancurkan angkatan udara musuhnya karena dibantu informasi dari CIA
(Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat milik USA).
Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena
Menteri Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak
melakukan tembakan selama dia ada di udara.
1967, Nopember
Dewan Keamanan PBB
mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah penarikan mundur Israel
dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari, pengakuan semua negara
di kawasan itu, dan penyelesaian secara adil masalah pengungsi
Palestina.
1969
Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
1970
Berbagai pembajakan
pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO
dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi
Yordania sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir
markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke Libanon.
1973, 6 Oktober
Mesir dan Syria
menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari
puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang
Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba
dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena
dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan
AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya
harga minyak melonjak pesat.
1973, 22 Oktober
Dewan Keamanan PBB
mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan
resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.
1977
Pertimbangan ekonomi
(perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi ke
Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika
Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa
dikhianati. Karena langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat
dibunuh pada tahun 1982.
1978, September
Mesir dan Israel
menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS. Perjanjian itu
menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah
pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel
Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan
PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak
pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai
pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu
memveto resolusi PBB yang tidak menguntungkan pihak Israel.
1980
Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.
1982
Israel menyerang Libanon
dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila.
Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa
ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga
dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan
sipil di Iraq, Libya dan Tunis.
1987
Intifadhah, perlawanan
dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah pendudukan
terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh
HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan
dan sosial.
1988, 15 Nopember
Diumumkan berdirinya
negara Palestina di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan bentuk negara
Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota
negara dengan Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat.
Setelah Yasser Arafat
mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan Nasional
Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina beranggotakan 500
orang.
1988, Desember
AS membenarkan pembukaan
dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui
eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada
waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis.
1991, Maret
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.
1993, September
PLO – Israel saling
mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak
otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for
peace” (tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak
ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun
negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut
baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk
mendukung perdamaian.
Setelah kekuasaan di
daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan
Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini
maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.
Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut.
1995
Rabin dibunuh oleh Yigar
Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi
fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap
orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan
dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut
kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh
diri”. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil itu.
Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat
tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai).”
1996
Pemilu di Israel
dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti
kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu
pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina,
agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan
ingin menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemu****n Yahudi di daerah
pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk
sama sekali membuat perjanjian baru.
AS tidak senang bahwa
Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena
lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai
agen-agennya di negara-negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak
emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi
Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel.
Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba
“aktif” menjadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan
masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka
juga tidak rela kalau AS “jalan sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.
2002 - Sampai sekarang
Sebuah usul perdamaian
saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat
Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September
2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 "reservasi".
Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri
yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon.
Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan
menyingkirkan seluruh "kehadiran sipil dan militer yang permanen" di
Jalur Gaza (yaitu 21 pemu****n Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi
Barat), namun akan "mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di
darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan
akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza."
Pemerintah Israel berpendapat bahwa "akibatnya, tidak akan ada dasar
untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan," sementara
yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi,
akibat satu-satunya ialah bahwa Israel "akan diizinkan untuk
menyelesaikan tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan
mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini"
Di hari kemenangan
Partai Kadima pada pemilu tanggal 28 Maret 2006 di Israel, Ehud Olmert –
yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri Israel menggantikan
Ariel Sharon yang berhalangan tetap karena sakit – berpidato. Dalam
pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji untuk menjadikan Israel
negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai hak-hak kaum
minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan
serta terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal dan
pasti dengan bangsa Palestina. Olmert menyatakan bahwa sebagaimana
Israel bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia mengharapkan bangsa
Palestina pun harus fleksibel dengan posisi mereka. Ia menyatakan bahwa
bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin Hamas, menolak mengakui
Negara Israel, maka Israel "akan menentukan nasibnya di tangannya
sendiri" dan secara langsung menyiratkan aksi sepihak. Masa depan
pemerintahan koalisi ini sebagian besar tergantung pada niat baik
partai-partai lain untuk bekerja sama dengan perdana menteri yang baru
terpilih.
Sebagai catatan akhir,
Perdana Menteri Israel setelah Benjamin Netanyahu berturut-turut adalah
Ehud Barak, Ariel Sharon, dan yang masih berkuasa di Israel dalam
penyerangan di Gaza sekarang adalah Ehud Olmert. Sedangkan 4 faksi utama
di Palestina adalah PLO, Al-Fatah, Jihad Islam Palestina (JIP), dan
yang berkuasa sekarang di Palestina adalah Hamas dengan Perdana
Menterinya Ismail Haniya. Dan gambar peta (klik di sini) yang
menggambarkan hilangnya tanah Palestina yang dicaplok oleh Israel sejak
tahun 1946 sampai dengan tahun 2000. Lihat posisi Gaza yang terjepit di
daerah kekuasaan Israel.
Awalnya mereka hanya Bangsa yg keciL sampe akirnya bs sampai seperti ini dengan mencaplok wilayah Palestine.
Sumber : wikipedia,vivaforum, google
ConversionConversion EmoticonEmoticon